Selamat Datang

Melalui blog Tumbuhan Bali ini saya menayangkan berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai arti penting dalam kehidupan orang Bali, terutama jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara agama dan pemanfaatan lain dalam kaitan dengan tradisi masyarakat Bali. Tayangan akan saya fokuskan pada pengenalan ciri-ciri morfologis yang dilengkapi dengan foto untuk memudahkan melakukan pengenalan, terutama bagi Anda yang hanya pernah mendengar nama tetapi belum pernah melihat sendiri bagaimana 'rupa' sesungguhnya dari tumbuhan tersebut. Karena latar belakang saya adalah pertanian maka saya mengalami keterbatasan uraian mengenai pemanfaatan dalam berbagai aspek kehidupan orang Bali, terutama dalam pemanfaatan untuk upacara keagamaan. Untuk melengkapinya, saya akan dengan terbuka menerima masukan dari Anda, terutama dari Anda yang merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk Bali.

Moolatho Brahma Roopaya, Madhyato Vishnu Roopini, Agratas Shiv Roopaya, Vriksha Rajayte Namaha.
Brahma shaped at the root, Vishnu shaped in the middle and Shiva shaped at the top, we salute You, the king of all trees.

Daftar Istilah Morfologi Tumbuhan

Klik huruf awal istilah di bawah ini untuk mencari definisi:
A, B, C, D-E, F-H, I-L, M-O, P, Q-R, S, T-U, V-Z, dari New South Wales Flora Online
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J-K, L, M, N, O, P-Q, R, S, T, U, V, W-Z, dari Flora Australia
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Z, dari Angiosperm Phylogeny Website

Rabu, 05 Juni 2013

Nyuh/Kelapa

Nyuh/kelapa merupakan bahasa Bali biasa/halus untuk kelapa dalam bahasa Indonesia. Saya buat tayangan ini karena sedang menulis laporan mengenai ketahanan pangan. Kebetukan di daerah tempat saya tinggal sekarang, kelapa menjadi bahan pangan cadangan ketika masyarakat mengalami rawan pangan. Saya pun teringat, ketika masih anak-anak dahulu, diminta mengupas kelapa untuk membuat banten daksina. Di tempat tinggal saya, yang kebetulan masyarakatnya tidak beragama Hindu, tentu saja nyuh/kelapa ditanam untuk kepentingan lain. Tapi di Bali sendiri, setidak-tidaknya di dusun asal saya, kelapa sudah mulai tergeser. Dahulu, kelapa tumbuh di setiap pekarangan. Tapi sekarang tidak lagi, sehingga untuk membuat daksina orang harus 'memetik' kelapa yang sudah dikupas di pasar.

Nyuh/kelapa merupakan anggota dari famili tumbuhan  Arecaceae (famili palma) dan merupakan satu-satunya jenis (spesies) dalam genus Cocos. Nama ilmiah kelapa adalah Cocos nucifera L. (periksa nama ilmiah, sinonim, dan klasifikasi di GBIF Data Portal, ITIS, dan The Plant List). Dalam bahasa Inggris nyuh/kelapa disebut coconut, yang berarti tumbuhan, buah, dan biji kelapa. Kata coconut berasal kata Portugis dan Spanyol abad ke-16, yaitu coco yang berarti kepala atau tengkorak. Asal geografik kelapa masih diperdebatkan, sebagian pakar menyatakan berasal dari sekitar Melanesia dan Malesia (bukan Malaysia, melainkan kawasan yang mencakup Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Filipina, Indonesia, dan Papua Nugini) atau kawasan di pantai Samudera India, tetapi sebagian lagi menyatakan berasal dari baratlaut America Selatan. Kini nyuh/kelapa telah dibudidayakan di berbagai kawasan tropik dan menjadi ikon pantai tropik. Di pantai-pantai wisata tropik, pohon nyuh/kelapa tidak dibiarkan berbuah agar tidak membahayakan wisatawan. Bisa saja, suatu waktu nanti, bukan hanya wisatawan yang tidak tahu bagaimana bentuk bunga dan buah nyuh/kelapa, tetapi penduduk lokal pada umumnya.
Peta sebaran geografik nyuh/kelapa saat ini sebagaimana dibatasi oleh garis warna merah. Sumber: Wikipedia

Nyuh/kelapa merupakan palma berbatang ('punya') agak halus, tidak merumpun, terus tumbuh setelah berbunga (pleonantic), batang tegak atau agak melengkung, pangkal batang agak melebar sampai diameter 60 cm, diameter setinggi dada 30-40 cm, tinggi bervariasi bergantung pada kultivar, kultivar dalam 24-30 m, kultivar genjah 10-15 m, betang memperlihatkan lingkaran-lingkaran bekas pelekatan tangkai daun. Daun ('pelapah don') tersusun secara spiral, menyirip, panjang 4,5-6(-7) m dan lebar 1-1,5 m pada bagian terlebar, berjumlah sampai 30-35 daun membuka per batang, dengan jumlah daun belum membuka ('busung') yang kira-kira sama. Tangkai daun ('pelapah') berupih pendek berupa anyaman serat kasar ('tapis'), panjang tangkai kira-kira 1/4 panjang daun total, beralur dangkal pada permukaan atas dan membulat pada permukaan bawah, tidak berduri. Anak daun ('slepan') berjumlah 200-250 helai per daun, lurus memanjang atau menyerupai lanset, 5-120 cm x 1,5-5 cm, ujung meruncing, tersusun secara beraturan pada kanan dan kiri sumbu daun. Perbungaan ('troktokan') pada ketiak daun, sebelum membuka tampak seperti bunga tongkol (spadix) dalam seludang (spathe)('keluping'), panjang ketika mekar 1-2 m, terdiri atas sumbu pusat dengan sampai 40 cabang samping (rachillae) menyerupai bulir yang tersusun secara spiral, tiap sumbu mempunyai 200-300 bunga jantan di bagian ujung dan 1 sampai beberapa bunga betina ('bungsil') di bagian pangkal. Bunga jantan tunggal atau berkelompok sampai 3, tidak bertangkai, 0,7-1,3 cm x 0,5-0,7 cm, kuning pucat, terdiri atas 3 daun kelopak kecil, 3 daun mahkota lebih besar, 6 benang sari dalam dua bundel, dan 1 putik yang tidak berkembang. Bunga betina menyendiri, jauh lebih besar daripada bunga jantan, bundar ketika masih kuncup dan bundar telur ketika mekar, berdiameter 2-3 cm, berada dalam daun tangkai bunga berukuran kecil menyisik, daun kelopak dan mahkota masing-masing 3, berbentuk seperti bola melebar, bertahan, melekat, dan melebar bersama buah; putik dengan kepala putik tidak bertangkai, berbentuk menyegitiga dengan 3 glandula nektar di dekat bagian pangkal. Buah merupakan buah buni berserat, bundar, bundar telur, atau bundar telur memanjang, secara samar bersudut 3, panjang 20-30 cm, berat sampai 2,5 kg. Eksokarp sangat tipis, tebal 0,1 mm, halus, hijau, oranye cerah, kuning, atau kuning ketika dewasa, menjadi coklat keabu-abuan setelah tua; mesokarp ('sambuk') menyerabut, tebal 4-8 cm, coklat pucat; endekarp ('kekau') bundar telur, berdiameter 10-15 cm, tebal 3-6 mm, keras seperti batu, secara samar bersudut 3 dengan 3 ‘mata’ di bagian dasar, masing-masing dengan penutup. Biji tunggal, sangat besar, kulit biji melekat pada endokarp dan tidak terpisahkan dari daging biji (endosperm) yang keras, tebal 1-2 cm, putih, berminyak; pada bagian dasar terdapat embrio menyerupai pasak (setelah tumbuh membentuk coconut apple, 'tombong'), panjang 0,5-1 cm, tertanam dalam daging biji; beruang besar di bagian tengah, berisi air ('yeh nyuh') tidak sampai penuh yang akan diserap dalam waktu 6 bulan setelah panen.

Nyuh/kelapa mempunyai arti penting dalam kehidupan orang Bali. Dalam bahasa Sanskerta, kelapa disebut 'kalpa vriksha' yang berarti pohon yang menyediakan seluruh kebutuhan hidup. Daun bersama dengan porosnya biasa dianyam untuk membuat atap atau dinding sementara (disebut 'kelabang' atau 'kelangsah', bergantung pada cara menganyamnya) pada saat dilakukan upacara agama (di perkotaan mungkin kini sudah digantikan dengan tenda). Daunnya juga bisa dilepas dari porosnya dan kemudian dilipat dan 'dijahit' dengan tali dari bambu di sepanjang tangkai yang dibuat dari belahan bambu untuk membuat atap yang disebut 'cucukan'. Dahulu, serabut yang terdapat pada pangkal daun juga diambil dan kemudian dijahit untuk membuat semacam kantong yang di dusun asal saya, digunakan sebagai wadah untuk memanen buah kopi. Buah yang masih muda, disebut 'kuwud muda', yang daging buahnya masih seperti lendir, digunakan sebagai makanan bayi. Tentu saja anak-anak juga sangat menyukai air dan daging buah yang lebih tua, yang dagingnya sudah lebih tebal dan lebih mengeras.


Daun nyuh/kelapa juga sangat penting dalam upacara agama Hindu. Untuk 'majejahitan', yaitu kegiatan para kaum perempuan Bali Hindu dalam membuat 'canang', digunakan daun muda (disebut 'busung') dan daun fua (disebut 'selepan'). Kebutuhan akan 'busung' dan 'slepan' ini kini tidak lagi dapat dipenuhi oleh kelapa 'yang tersisa' di Bali, sehingga harus 'mengimpor' dari pulau tetangga, dari Jawa dan Lombok. Sedemikian penting kedudukan 'busung' dan 'selepan' ini dalam kehidupan beragama di Bali, tapi semakin berkurang jumlah pohon nyuh/kelapa yang tersisa. Saya pernah mendengar dan membaca polemik mengenai penggunaan daun nibung (Oncosperma tigillarium (Jack) Ridl.) sebagai pengganti. Katanya sekarang diperbolehkan dengan alasan nibung berkerabat dengan lontar (Borassus flabellifer L.), sedangkan yang tidak diperbolehkan adalah 'ibus'. Saya tidak paham dalam hal apa disebut bersaudara sebab semua jenis palma tentu saja termasuk dalam famili Arecaceae, termasuk juga 'ibus' mengingat ibus adalah nama lain gebang (Corypha utan) dalam bahasa Sasak dan bahasa Batak. Yang jelas, nibung, lontar, dan kelapa bermarga (genus) berbeda, sehingga secara botanis tidak bisa dikatakan bersaudara dekat. Saya tidak tahu, apakah 'ibus' yang 'diharamkan' itu merupakan jenis tumbuhan lain dari gebang.

Butir biji kelapa yang sudah tua dan dikupas bersih digunakan dalam membuat 'banten daksina'. Dalam hal ini, menurut yang mengerti soal upacara agama, biji nyuh/kelapa tersebut dipandang sebagai simbul matahari atau “windu” atau cerminan Sang Hyang Sadha Siwa. Butir kelapa dalam banten daksina melambangkan Dewa Shiwa dan tiga titik lunak pada kulit keras butir kelapa tersebut melambangkan mata Dewa Shiwa. Pembersihan dilakukan dengan maksud agar Bhuana Agung sthana Hyang Widhi tentunya harus bersih dari unsur-unsur gejolak indria yang mengikat. Dalam hal ini, serabut buah nyuh/kelapa merupakan lambang pengikat indria tersebut. Menurut Ir. Ida Ayu Rusmarini, M.P., di Bali terdapat sekitar 32 jenis nyuh/kelapa, yang tergolong langka meliputi nyuh sudamala, nyuh bojog, nyuh mulung, nyuh rangda, dan nyuh macan. Mungkin yang dimaksud adalah kultivar, menguingat jenis kelapa hanya satu, yaitu Cocos nucifera itu. Saya memang pernah mendengar istilah nyuh/kelapa seperti itu, tetapi belum pernah melihatnya secara langsung, sehingga tidak dapat menentukan apakah perbedaan yang ditunjukkan oleh nama tersebut bersifat diturunkan atau tidak, sehingga dapat dilestarikan. Kalau ada yang berkenan menyampaikan foto, saya akan dengan senang hati menayangkan di blog ini, hitung-hitung ikut 'melestarikan' dan sekaligus mempromosikan.

Banten Daksina. Sumber: Budaya Bali

Saya berasal dari Kabupaten Jembrana dan karena itu tentu saja tidak bisa melupakan 'lawar kelungah' yang dibuat dari batok masih lembut yang diambil dari buah kelapa yang masih muda. Berbagai jenis masakan orang Bali menggunakan santan ('santen') yang diperas dari parutan daging buah nyuh/kelapa. Dahulu santan juga digunakan untuk membuat minyak nyuh/kelapa ('lengis nyuh') dengan cara memanaskan di atas bara api ('nandusin'), tetapi kini 'lengis tandusan' telah kalah bersaing dengan minyak Bimoli dari pasar swalayan. Jumlah pohon nyuh/kelapa juga sudah semakin berkurang saja karena batang kelapa tua sebagai bahan bangunan, mereka menyebutnya 'seseh', berserat hitam dan sangat keras. Dahulu orang jarang menebang pohon kelapa sehingga kalau ada yang melakukannya, saya dan teman-teman biasanya berebut mengambil bagian pucuk mudanya, karena rasanya renyah dan manis.

12 komentar:

  1. Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga

    kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
    keep update! double cabin

    BalasHapus
  2. terima kasih atas informasinya..
    semoga dapat bermanfaat bagi kita semua :) Hanung Bramantyo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih nanda, salam kenal dan semoga bermanfaat.

      Hapus

  3. terima kasih atas informasinya..
    semoga dapat bermanfaat bagi kita semua :) NOAH



    BalasHapus
  4. adakah yg bisa membantu sy mencari nyuh gelatik dan nyuh macan????? mohon hubungi sys di 081339348090 Bapak Ari Denpasar

    BalasHapus
  5. Scientific and cultural valued info. Adakah referensi atau link untuk mendapat pengetahuan tiap-tiap jenis kelapa tersebut?
    Thank you

    BalasHapus
  6. dimana saya bisa dapatkan 32 jenis kelapa nike ngih

    BalasHapus
  7. dimana saya bisa dapatkan 32 jenis kelapa nike ngih

    BalasHapus
  8. makasih bos infonya dan semoga bermanfaat

    BalasHapus
  9. Dmana saya bisa dpt beli bibit kelapa daksina..tolong ifoy

    BalasHapus
  10. Dmana saya bisa dpt beli bibit kelapa daksina..tolong ifoy

    BalasHapus