Laman

Minggu, 11 Agustus 2013

Jangan Maturan Buah Sentul: Sebab Lungsurannya Menyebabkan Sakit Perut?

Suatu kali, ketika sedang blog walking, saya menemukan sebuah tulisan yang sangat menarik. Isi tulisan tersebut kurang lebih begini. Seorang pinandita mengatakan, tidak ada salahnya umat membuat sesajen dengan menggunakan buah-buahan impor. Percuma membuat sesajen dari buah-buahan lokal bila 'lungsuran'-nya kemudian dibuang begitu saja karena tidak enak dimakan, begitu kira-kira yang dimaksud. Dicontohkan dalam tulisan itu, penggunaan buah sentul yang, katanya, selain rasanya tidak enak, juga dapat menyebabkan sakit perut. Argumentasinya, sesajen dibuat untuk dinimkati 'lungsuran'-nya, terutama sesajen yang bernama 'bayuan', yang kira-kira berarti untuk menyehatkan badan, bukan untuk membuat sakit perut. Argumentasi lainnya, globalisasi tidak bisa dihindari dengan menolak penggunaan buah-buahan impor, melainkan harus dilawan dengan mengekspor buah-buahan lokal. Sekilas sangat masuk akal, tetapi semakin saya renungkan, ternyata semakin mengusik pikiran saya.

Jumat, 09 Agustus 2013

Tunjung: Tumbuhan Air Mirip Padma, Juga Lambang Kesucian

Pada tayangan sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa padma (seroja) berbeda dengan tunjung (teratai). Saya juga sudah menguraikan padma sebagai lambang kesucian dan keterbebasan. Kali ini saya menguraikan tunjung yang dalam bahasa Inggris disebut water lily, water-lily, atau waterlily. Sebagaimana sudah saya sebutkan pada tulisan sebelumnya, tunjung merupakan tumbuhan paling primitif di antara tumbuhan berbunga, mengisi mata rantai yang hilang dalam evolusi antara tumbuhan berbiji terbuka dan tumbuhan berbunga. Dalam hal ini, tunjung saya uraikan sebagai marga Nymphaea dalam famili Nymphaeaceae dari ordo Nymphalales. Tumbuhan ini di Bali biasa disebut tunjung dan dalam bahasa Sanskrta disebut उत्पल (utpala) atau कुवलय (kuvalaya).