|
|
Saya bekerja di sebuah universitas yang berada di pulau asal tumbuhan yang bernama cendana. Oleh karena itu, beberapa kali saya pernah meneliti pohon ini, terutama aspek ekologinya, sesuai dengan bidang yang saya minati. Kebetulan juga saya bersahabat dengan Dr. Ir. M. Kasim, MP, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Cendana di universitas tempat saya bekerja, sehingga saya dapat memperoleh anakan cendana dengan mudah. Saya beberapa kali membawa pulang anakan cendana untuk saya tanam di pekarangan, antara lain di halaman sanggah, dan untuk saya bagikan kepada tetangga, supaya mereka juga menanamnya. Dalam hal ini saya berbeda dengan orang-orang Bali lainnya yang juga bekerja di kota yang sama. Mereka membawa oleh-oleh kayu cendana pada saat pulang kampung, saya membawa anakan cendana. Tidak mengherankan memang, mereka membawa kayu cendana, karena kayu tersebut berperanan sangat penting dalam berbagai upacara agama di Bali. Yang mengherankan adalah mengapa mereka hanya membawa kayunya, bukan anakannya untuk ditanam?
Dalam bahasa Inggris, cendana disebut
indian sandalwood atau
white sandalwood dan disebut sebagai berasal dari anak benua India. Mungkin sebagian besar orang Bali juga berpendapat sama, bahwa cendana merupakan pohon yang berasal dari India. Padahal hasil-hasil penelitian terkini telah mengindikasikan bahwa cendana berasal dari wilayah kering di bagian tenggara Indonesia,
mulai dari Jawa bagian Timur sampai ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Tapi itu pada zaman purba, sedangkan kini cendana di NTT tumbuh secara alami hanya di Pulau Timor dan Pulau Sumba. Cendana sebenarnya merupakan nama genus
Santalum yang terdiri atas beberapa spesies, satu di antaranya bernama cendana putih,
Santalum album L. (periksa nama ilmiah dan sinonim di
GBIF Data Portal atau di
The Plant List). Nama epitet 'album' dalam nama spesies cendana tersebut berarti putih, merujuk pada warna teras ('les', bahasa Bali) dari batang pohon tersebut. Berbagai hasil penelitian juga telah menunjukkan bahwa
pusat keanekaragaman genetik tertinggi Santalum berada di kawasan Australia dan Fasifik, bukan di anak benua India. Di Timor cendana disebut hau meni (bahasa Meto), sedangkan nama di tempat lainnya antara lain adalah candana (Belitung, Jawa, Makassar, Minangkabau, dan Sunda), tindana atau sindana (Dayak), candana (Sunda), candani (Jawa), candhana atau candhana lakek (Madura), Ai nitu atau Dana (Sumba), sundana (Sangir), sondana (Sulawesi Utara), ayu luhi (Gorontalo), ai nituk (Rote), kamenir (Wetar), dan maoni (Kisar).
|
Pertukaran spesies tumbuhan antara India dan Indonesia: kacang hijau (mungbean, Vigna radiata (L.) R. Wilczek) dan kacang sejenis (horsegram, Macrotyloma uniflorum (Lam.) Verdc.) dari India ke Indonesia dan cendana putih (Santalum album L.) dan pisang (banana, Musa spp.) dari Indonesia ke India. Sumber: Accross the Indian Ocean |
Tumbuhan cendana, yang dalam bahasa Sanskrit disebut anindita (अनिंदिता), menghasilkan teras ('les') berbau wangi sehingga banyak digunakan sebagai bahan bangunan suci dan dalam berbagai upacara keagamaan agama Hindu di Bali. Dalam pembuatan 'pelinggih', yaitu bangunan suci di tempat-tempat suci seperti pura,
cendana digolongkan sebagai 'kayu prabu', yaitu kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi bagian langit-langit pelinggih. Selain itu, kayu cendana juga digunakan sebagai bahan membuat '
pratima', sebagai 'peragan' (badan) dari Bhatara Paramasiwa. Kayu cendana juga digunakan dalam berbagai upacara keagamaan, terutama dalam upacara kematian ('ngaben') (
1,
2,
3) dan sudhi wadhani bagi pemeluk baru Agama Hindu (
1,
2). Tentu saja kayu cendana tidak hanya digunakan dalam upacara keagamaan, melainkan juga untuk kepentingan lain, di antaranya sebagai bahan obat ('tamba'), sebagaimana misalnya disebutkan dalam
Usada Dalem dan
Usada Kecacar. Tapi, meskipun cendana mempunyai arti yang begitu penting dalam kehidupan orang Bali, mengapa orang Bali tidak menanam cendana?
Sebelum bisa menanam cendana, terlebih dahulu perlu diketahui pohon cendana itu rupanya seperti apa. Ciri-ciri tumbuhan cendana perlu dikenali, sehingga tidak perlu bertanya, "Pohon di halaman sanggah itu namanya apa?" Pertanyaan ini diajukan oleh banyak orang di kampung kelahiran saya, Banjar Bungbungan di Bali, ketika melihat dua pohon cendana, satu bertipe daun menyempit dan yang lainnya bertipe daun melebar, tumbuh di halaman 'sanggah' di rumah saya (sanggah adalah bagian tempat suci dari rumah orang kalangan masyarakat biasa). Cendana merupakan tumbuhan berbunga yang tumbuh sebagai hemi-parasit (
1,
2), yaitu selain mampu membuat makanan sendiri melalui fotosintesis, juga merampas makanan dengan menggunakan akarnya yang menempel dengan akar tumbuhan lain (disebut tumbuhan inang) di dalam tanah. Cendana merupakan pohon yang kadang-kadang menggugurkan sebagian daun, berukuran sedang, berdiameter batang sampai 40 cm dan tinggi sampai 20 m, berkulit batang halus ketika muda tetapi kemudian pecah-pecah setelah tua. Daun merupakan daun tunggal berhadapan, berbentuk elips, bertepi rata, berujung meruncing (tipe daun menyempit) atau membulat (tipe daun melebar). Perbungaan terminal pada ketiak daun, buah merupakan buah batu berbentuk bulat berwarna hijau ketika muda dan berubah menjadi merah kecoklatan dan kemudian coklat kehitaman pada saat masak.
|
Sosok cendana, A: pohon, B: tajuk, dan C: percabangan |
|
Batang pohon cendana, A: Batang pohon muda, B: batang pohon dewasa, dan C: batang setelah kulit batang dikupas, belum benar-benar sampai ke teras ('les') |
|
Percabangan dan perbungaan cendana, A: Cabang dan daun, B: pucuk dengan perbungaan, dan C: buah muda dan tua |
Lalu untuk menanam cendana, apanya yang ditanam dan apakah menanam cendana sulit atau mudah? Di alam cendana berkembang biak secara generatif dari biji dan secara vegetatif dari akar. Biji cendana merupakan makanan beberapa jenis burung sehingga burung berperan sebagai penyebar dan sekaligus perangsang pertumbuhan biji cendana. Di sekitar tumbuhan cendana yang sudah berbuah dapat ditemukan anakan cendana yang tumbuh dari biji. Tetapi selain itu, juga dapat ditemukan anakan yang tumbuh dari akar yang terluka atau terpotong, yang kemudian juga dapat tumbuh menjadi pohon dewasa. Bahkan, pangkal batang cendana, bila tidak dibongkar sampai ke akarnya, masih dapat bercabang dan tumbuh sebagai pohon baru, menggantikan pohon yang telah ditebang. Perlaku pertumbuah vegetatif seperti ini menyebabkan di lapangan pada habitat alaminya, cendana cenderung tumbuh bergerombol, khususnya pada lahan berbatu karang pada lereng perbukitan. Selain luka pada akar yang disebabkan oleh batu-batu karang lepas, luka juga dapat disebabkan oleh kuku ternak lepas seperti sapi dan kuda.
Menurut Dr. Ir. M. Kasim, MP, biji cendana dapat dikecambahkan dengan mudah dalam bak kecambah, asalkan terlebih dahulu diberi perlakuan tertentu. Kemudian, setelah mencapai umur tertentu, kecambah dipindahkan ke dalam polybag yang juga ditanami dengan jenis tumbuhan tertentu sebagai tumbuhan inang. Dari polybag, ketika sudah mencapai ukuran diameter batang dan tinggi tertentu, anakan dapat dipindahkan dan ditanam di lapangan. Pada saat menanam, di sekitar lubang tanam juga perlu ditanam jenis tumbuhan inang, tetapi jenis tumbuhan yang berbeda dengan ketika anakan masih berada dalam polybag. Setelah dewasa, cendana dapat tumbuh sendiri sebagaimana jenis-jenis tumbuhan lainnya. Sebaiknya cendana ditanam pada tanah berbatu yang tanahnya tidak terlalu liat dan tidak tergenang. Diperlukan waktu yang sangat lama, sampai puluhan tahun, untuk dapat menghasilkan teras dalam ukuran memadai sehingga meskipun harganya sangat mahal, orang menjadi tidak begitu berminat membudidayakannya untuk tujuan ekonomis.
|
Pembibitan cendana, A: Benih berkecambah, B: Anakan dalam polybag dengan tumbuhan inang Altenanthera sp., dan C: Anakan di lapangan |
Setelah membaca tulisan ini mudah-mudahan lebih banyak yang berkenan menanam cendana di Bali, daripada selalu minta oleh-oleh kayu cendana. Di tempat asalnya, Pulau Timor dan Pulau Sumba, pohon cendana layak panen sudah sangat jarang. Yang cukup banyak hanyalah pohon-pohon muda yang batangnya belum mempunyai teras berbau wangi. Hitung-hitung menanam cendana juga me-'yadnya', sebab mensyukuri berkat tuhan seharusnya tidak hanya dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai upacara yang menggunakan kayu cendana. Meyadnya seharusnya juga dilakukan dalam tindakan sehari-hari dengan menanam cendana untuk melestarikan jenis tumbuhan yang oleh
The IUCN Red List of Threatened Species dikategorikan sebagai spesies rentan (vulnerable). Dengan menanam cendana, bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti, orang-orang akan mencari cendana di Bali, tidak lagi harus hanya ke NTT, sehingga pohon yang menjadi flora identitas provinsi NTT ini dapat lebih dilestarikan di habitat alaminya.
Apakah ada artikel yang membahas tentang Kayu Stigi Pak?
BalasHapusPak Wayan, pada umur berapa Cendana dapat dipanen? Lalu apakah semua cendana memerlukan inang? Atas tanggapan yang akan diberikan saya ucapkan terima kasih. :)
BalasHapusMakasih banyak atas info Tasbih Kayu Cendana nya yang Asli
BalasHapusBagus info tentang Tasbih Cendana nya. Makasih banyak
BalasHapusDua tahun yg lalu sy beli bibit pohon yg kata penjualnya bibit kayu cendana dari papua. Ybs membawanya dlm bentuk biji, lalu di semai di dua polibek. Satu polibek sy beli, berisi 30 pohon anakan setinggi lbh kurang 10 cm. Sekarang pohon sdh setinggi lbh kurang 2 meter. Sering berbuah (di ketiak daun). Buahnya bergerombol n jika sdh masak rasanya manis agak pahit. Sekarang pohon sy sdh beranak pinak jadi ratusan, tp msh kecil2.
BalasHapusTp sampai sekarang sy masih ragu, apa betul tanaman sy itu pohon cendana, karena daun n tangkai bunganya berbeda dg yg ada di google.
Apakah sy bisa minta alamat emal/ tlp bpk spy sy bisa berkonsultasi?
Sampai sekarang sy tdk pernah menjual bibitnya. Cita2 sy adalah menyebarkan bibit itu secara gratis utk ditanam warga desa saya atau teman2 sy...mohon tanggapan bpk. Terima kasih. Bambang Budiono (08123111570).
Dua tahun yg lalu sy beli bibit pohon yg kata penjualnya bibit kayu cendana dari papua. Ybs membawanya dlm bentuk biji, lalu di semai di dua polibek. Satu polibek sy beli, berisi 30 pohon anakan setinggi lbh kurang 10 cm. Sekarang pohon sdh setinggi lbh kurang 2 meter. Sering berbuah (di ketiak daun). Buahnya bergerombol n jika sdh masak rasanya manis agak pahit. Sekarang pohon sy sdh beranak pinak jadi ratusan, tp msh kecil2.
BalasHapusTp sampai sekarang sy masih ragu, apa betul tanaman sy itu pohon cendana, karena daun n tangkai bunganya berbeda dg yg ada di google.
Apakah sy bisa minta alamat emal/ tlp bpk spy sy bisa berkonsultasi?
Sampai sekarang sy tdk pernah menjual bibitnya. Cita2 sy adalah menyebarkan bibit itu secara gratis utk ditanam warga desa saya atau teman2 sy...mohon tanggapan bpk. Terima kasih. Bambang Budiono (08123111570).
memang benar-benar oke pakai Gelang Kayu Stigi
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusboleh dong membahas mengenai Manfaat Tasbih Galih Asem
BalasHapusmemang benar Khasiat Tasbih Nagasari sangat bermanfaat
BalasHapussangat menarik Kayu Galih Asem Jawa
BalasHapussangat super sekali Khasiat Tasbih Nagasari
BalasHapusmantap gan produk Gelang Kayu Cendana
BalasHapusmakasih bos infonya dan semoga bermanfaat
BalasHapusada harga grosir Tasbih Kayu Cendana Kupang?
BalasHapusGelang Gaharu Cengkeh sangat bermanfaat
BalasHapusGelang Kokka Marjan harganya berapa?
BalasHapuswangi banget ya Tasbih Cendana Wangi
BalasHapusTasbih Gaharu Buaya OKE Banget deh
BalasHapusGelang Kokka Mekah memang bagus banget
BalasHapusGelang Akar Bahar Putih harga murah dengan kualitas terbaik cek disini
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuscari tau tentang Manfaat Tasbih Dewandaru
BalasHapuscek manfaat Tasbih Kalimasada disini yuk
BalasHapusada artikel mengenai Fungsi Tasbih Dewandaru juga tidak ya?
BalasHapusGelang Kalimasada bagus sekali
BalasHapusberapa ya harga Gelang Akar Bahar Motif Naga?
BalasHapus