Palma tidak merumpun, berhenti tumbuh setelah berbunga (hapaxanthic), dan perbungaan berkelamin tunggal (dioecious). Akar hitam, sangat kuat, melebar jauh (sampai lebih dari 10 m) dari batang dan masuk sampai sedalam 3 m. Batang mencapai tinggi 10-20 m dan dengan diameter 30-65 cm, tertutup oleh pangkal tangkai daun yang sudah patah karena tua dan serabut kasar hitam abu-abu. Mahkota rapat, dengan 12-20(-28) daun masih menutup dan telah membuka, sebanyak 3-6 daun berkembang per tahun sampai mencapai jumlah daun maksimum 50 selama hidup enau. Daun menyirip, panjang 9-10(-12) m, tangkai daun sepanjang 1-1,5(-2,3) m, berupih di bagian pangkal. Anak daun banyak (80-130)(-155), seperti pecut, 140-180 cm x 8-11 cm, di sepanjang sumbu dengan dalam beberapa barisan, bagian pangkal bertelinga, bagian tepi lurus dan bagian ujung meruncing atau bergerigi, permukaan atas licin, permukaan bawah kasar bersisik lepas. Perbungaan berkelamin tunggal, menggantung, sering dengan panjang kali lebih dari 2 m, tangkai bercabang menjadi sejumlah bulir. Perbungaan betina 3-7, terbentuk pada bagian atas batang, perbungaan jantan 7-15 terbentuk sesudah perbungaan betina dan di bagian bawah batang. Bunga dengan 3 daun kelopak seperti kulit dan daun mahkota bercuping 3, berbentuk tabung pada bagian dasar. Bunga jantan berjumlah 11.500 pada satu perbungaan, dengan banyak benang sari, kehijauan atau seperti perunggu ketika belum membuka, menguning setelah membuka. Bunga betina berjumlah 15.000 pada satu perbungaan, dengan kantong bakal biji bundar telur beruang 3. Buah merupakan buah buni berbentuk bundar telur atau bundar telur memanjang, panjang 5-8 cm, diameter kira-kira 5 cm, berdaging, mula-mula hijau dan kemudian menjadi kuning dan hitam setelah rontok, berbiji 2-3, biji hitam. Pohon mati setelah 2 tahun sejak perbungaan pertama, tetapi dapat diperpanjang menjadi 10 tahun melalui penderesan secara trampil.
Jaka/enau merupakan tumbuhan serba-guna. Daun mudanya, disebut 'ambu' (bahasa Bali), digunakan untuk membuat hiasan penjor dan berbagai hiasan lainnya. Daun tuanya, disebut 'ron' (bahasa Bali), digunakan sebagai bahan 'majajahitan', yaitu membuat wadah sesajen dan perlengkapan sesajen lainnya. Ijuk, yaitu serabut kasar yang menutupi batang di bagian pangkal pelepah, digunakan sebagai bahan untuk membuat atap bangunan persembahyangan dan bahan untuk membuat tali dengan cara dipintal. Tali dari bahan ijuk ini lazim digunakan untuk mengikat sambungan dan atap bangunan persembahyangan. Perbungaannya diiris untuk menghasilkan tuak manis yang kemudian dapat diolah menjadi minuman beralkohol (tuak wayah dan arak) atau menjadi gula merah. Batang dari tumbuhan yang belum berbunga merupakan sumber pati yang diperoleh dengan cara memotong dan membelah batang, mencincang bagian lunak di dalamnya, menumbuk, dan kemudian menyaringnya dengan air, mengendapkan, dan kemudian mengeringkannya.
Tautan Luar:
Jaka/enau di World Agroforestry Center
Jaka/enau di BioNET-EAFRINET
Jaka/enau di PALMweb
Jaka/enau di PIER
Apakah saudara pernah meneliti tentang tumbuhan aren? Soalnya saya lagi ada tugas akhir tentang struktur populasi aren
BalasHapusmakasih bos infonya dan semoga bermanfaat
BalasHapus