Selamat Datang

Melalui blog Tumbuhan Bali ini saya menayangkan berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai arti penting dalam kehidupan orang Bali, terutama jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara agama dan pemanfaatan lain dalam kaitan dengan tradisi masyarakat Bali. Tayangan akan saya fokuskan pada pengenalan ciri-ciri morfologis yang dilengkapi dengan foto untuk memudahkan melakukan pengenalan, terutama bagi Anda yang hanya pernah mendengar nama tetapi belum pernah melihat sendiri bagaimana 'rupa' sesungguhnya dari tumbuhan tersebut. Karena latar belakang saya adalah pertanian maka saya mengalami keterbatasan uraian mengenai pemanfaatan dalam berbagai aspek kehidupan orang Bali, terutama dalam pemanfaatan untuk upacara keagamaan. Untuk melengkapinya, saya akan dengan terbuka menerima masukan dari Anda, terutama dari Anda yang merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk Bali.

Moolatho Brahma Roopaya, Madhyato Vishnu Roopini, Agratas Shiv Roopaya, Vriksha Rajayte Namaha.
Brahma shaped at the root, Vishnu shaped in the middle and Shiva shaped at the top, we salute You, the king of all trees.

Daftar Istilah Morfologi Tumbuhan

Klik huruf awal istilah di bawah ini untuk mencari definisi:
A, B, C, D-E, F-H, I-L, M-O, P, Q-R, S, T-U, V-Z, dari New South Wales Flora Online
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J-K, L, M, N, O, P-Q, R, S, T, U, V, W-Z, dari Flora Australia
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Z, dari Angiosperm Phylogeny Website

Senin, 28 April 2014

Leci: Flora Identitas Kabupaten Gianyar

Leci merupakan flora identitas Kabupaten Gianyar. Leci sebenarnya bukan merupakan tumbuhan lokal, melainkan berasal dari Cina (Guangdong dan Fujian), yang kemudian menyebar ke Myanmar (akhir abad ke-17), India (100 tahun kemudian), Inggris dan Perancis (awal abad ke-19), Hawaii (1873), Florida (1883), California (1897). Kini leci telah dibudidayakan di berbagai negara seperti Pakistan, Bangladesh, negara-negara kawasan Indo-Cina, Taiwan, Jepang, Filipina, Indonesia, Australia, Madagaskar, dan Afrika Selatan. Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Bali tumbuhan ini, yang bernama ilmiah Litchi chinensis Sonn. (periksa nama ilmiah, sinonim, dan klasifikasi pada GBIF Data Portal dan The Plant List), disebut leci, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut lychee.

Minggu, 27 April 2014

Salak Bali: Flora Identitas Kabupaten Karangasem

Siapa yang tidak kenal salak bali? Tumbuhan yang merupakan identitas Kabupaten Karangasem ini terkenal bukan hanya di Indonesia, tetapi sampai ke mancanegara. Di Kabupaten Karangasem, salak bali dibudidayakan di Sibetan, sebuah desa dalam Kecamatan Bebandem, berjarak sekiar 8 km ke arah Barat dari kota Amlapura. Oleh karena itu, di Bali, salak bali lebih dikenal sebagai salak sibetan. Buah salak bali disukai karena daging buahnya bertekstur renyah, berasa manis tetapi tidak terlalu manis, dan terlepas dari biji yang berada di dalamnya. Salak bali merupakan satu di antara banyak kultivar dari tumbuhan palma yang mempunyai nama ilmiah Salacca zalacca (Gaertn.) Voss (periksa nama ilmiah dan sinonim pada GBIF Data Portal dan The Plant List). Dalam bahasa Inggris salak dikenal sebagai snake fruit, merujuk pada kulit buahnya yang bersisik mirip sisik ular. Kini salak bali sudah dibudidayakan di banyak lokasi di Indonesia.

Cendana: Pohon di Halaman Sanggah Itu Namanya Apa?

Saya bekerja di sebuah universitas yang berada di pulau asal tumbuhan yang bernama cendana. Oleh karena itu, beberapa kali saya pernah meneliti pohon ini, terutama aspek ekologinya, sesuai dengan bidang yang saya minati. Kebetulan juga saya bersahabat dengan Dr. Ir. M. Kasim, MP, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Cendana di universitas tempat saya bekerja, sehingga saya dapat memperoleh anakan cendana dengan mudah. Saya beberapa kali membawa pulang anakan cendana untuk saya tanam di pekarangan, antara lain di halaman sanggah, dan untuk saya bagikan kepada tetangga, supaya mereka juga menanamnya. Dalam hal ini saya berbeda dengan orang-orang Bali lainnya yang juga bekerja di kota yang sama. Mereka membawa oleh-oleh kayu cendana pada saat pulang kampung, saya membawa anakan cendana. Tidak mengherankan memang, mereka membawa kayu cendana, karena kayu tersebut berperanan sangat penting dalam berbagai upacara agama di Bali. Yang mengherankan adalah mengapa mereka hanya membawa kayunya, bukan anakannya untuk ditanam?